By ZUKRA_SMPN3PPU | At 22.25 | Label : | 0 Comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan di SMP berlandaskan Pancasila, UUD tahun 1945 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pancasila peningkatan imtaq merupakan penjabaran dari sila pertema, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam UUD 1945, uapaya ini selaras dengan semangat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, ”Atas berkat rahmat ﷲ Yang Maha Kuasa...”. Pernyataan ini mengandung pesan bahwa berdirinya Republik Indonesia dilandasi semangat Ketuhanan Yanga Maha Kuasa bersama-sama dengan keinginan luhur yang mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan dipertegas lagi dalam mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan dipertegas lagi dalam pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mencapai tujuan Penididikan Nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi hak peserta didik sebagimana Pasal 12 ayat (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; Sebagai gambaran ciri-ciri manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yiatu: 1. Mereka yang apabila disebut nama ﷲ bergetar hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal (Al Anfal (8): 2) 2. Orang yang khusu dalam shalatnya dan menghindari perkataan yang tidak berguna, dan orang-orang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki (Al mu’minun (23): 1-6) 3. Orang yang berkata baik atau kalau tidak bisa lebih baik diam, orang yang memuliakan tetangganya dan memuliakan tamunya (HR. Bukhari) 4. Tidak sempurna iman seseorang apabila ia tidak mencintai saudara-saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhari)(Peningkatan wawasan Keagamaan (Islam) Guru bukan Pendidikan Agama SLTP dan SLTA, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Jakarta, 2000: hal. 1).
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan diatas. Sebagai suatu masyarakat belajar yang mempunyai karakteristik sendiri, sekolah sekolah bukan hanya mengembangkan potensi siswa yang bersifat keilmuan dan perekayasaan belaka, melainkan juga mampu membimbing siswa agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai Islam.
Tugas ini bukan tugas yanng mudah, karena pembentukan watak perilaku siswa memerlukan waktu lama dan tidak mudah untuk menilai keberhasilannya. Kondisi perilaku dan kepribadian siswa dewasa ini memang masih jauh yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang, kepribadian pecah “Split Personality“ dan ketergantungan pada obat- obatan terlarang. Program pembinaan, kepribadian yang dilakukan sekolah melalui Pendidikan Agama Islam (Al Islam), dinilai oleh sebagian orang belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk pribadi siswa yang “Islami“ walaupun penilaian ini dapat diperdebatkan validitasnya karena banyak variabel yang berpengaruh terhadap akhlak siswa, disepakati bahwa pembinaan kepribadian siswa secara integral bersama tenaga edukatif masih belum optimal. Oleh karena itu, program peningkatan pelaksanaan Al Islam (pengalaman keislaman dan keimanan langsung) salah satunya dengan Pengajian rutin dan praktek ibadah siswa di sekolah. Diharapkan dapat menjembatani kerja sama sekolah dengan masyarakat atau pihak lain. Program peningkatan pelaksanaan Al Islam siswa bersama disekolah, dewasa ini lebih banyak ditujukan pada perbaikan faktor Input Pelatihan guru, penyediaan buku ) dan faktor proses. Sedangkan konteks pendidikan yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas pendidikan kurang mendapat perhatian dari pengelola sekolah.
Untuk itu perlu dukungan penciptaan, penataan, dan pengembangan konteks pendidikan yaitu pelaksanaan praktek Al Islam secara rutin dan kontinyu, dengan demikian perbaikan secara simultan terhadap kesegala penjuru faktor diterminan kegiatan pendidikan di sekolah tersebut dapat dioptimalkan untuk meningkatkan pelaksanaan Al Islam secara nyata. Iklim dan suasana kegiatan Al Islam yang “Kondusif“ suatu kondisi lingkungan sekolah yang memberikan suasana Islami nyaman, menyenangkan, dinamis, jujur, terbuka dan keteladanan serta Amal Shaleh. Sehingga berdampak baik terhadap efektifitas dan produktifitas kerja dan belajar.
SMP Muhammadiyah Tanah Grogot sebagai sekolah yang bernafaskan Islam dan menerapkan kurikulum terpadu (UMUM + AL ISLAM) suasana sekolah yang kondusif adalah mutlak. Didukung dengan masjid yang representatif untuk melaksanakan praktek shalat dzuhur secara jamaah, shalat sunah dhuha, dan pengajian Islam yang tersilabi dengan baik, Jika dilihat dari kondisi lingkungan SMP Muhammadiyah Tanah Grogot memiliki masjid Syuhada dan sarana pendukung yang memungkinkan kegiatan ke-Islam-an dipusatkan disana. Yang selama ini sekolah-sekolah lain sulit untu melaksanakannya. Karena materi pelajaran Al Islam bukan semata-mata pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis, tetapi karakteristik materi yang perlu pembiasaan secara terus menerus dan berlangsung tanpa henti. Melihat sarana diatas pelaksanaan praktek Al Islam akan berhasil dengan optimal. Disamping didukung dengan guru Al Islam yang cukup berkompetensi guru-guru lain. Namun peran ini terpusat pada tugas guru Al Islam sebagai penanggung jawab pelajaran ini.
Tugas pokok yang diemban oleh guru Al Islam antara lain: 1. Mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembiasaan siswa dalam menerapkan nilai dan akhlak Islam, seperti mengucapkan salam, berdoa, membantu dan menolong teman yang sedang kesulitan. 2. Memimpin dan membimbing kegiatan pembinaan disiplin beribadah di sekolah, seperti shalat dzuhur berjamaah, shalat jumat, mengumpulkan infaq, dan sadaqah dan membagikannya kepada mereka yang berhak. 3. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dakwah di sekolah dan peningkatan keislaman siswa melalui pengajian Islam, kunjungan ke pusat Dakwah Islam dan kunjungan ke tempat bersejarah penyiaran Islam. 4. Mengadakan lomba-lomba penulisan tentang keilmuan dan keagamaan di lingkungan siswa yang merupakan refleksi masa lalu, masa kini dan masa depan. 5. Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku akhlak siswa dalam kegiatan dan pergaulan sehari-hari di sekolah sesuai dengan akhlak islami. 6. Memimpin dan mengkordinasikan kegiatan siswa lainnya yang dapat menciptakan rasa aman, tertib dan menyenangkan di lingkungan sekolah (Penciptaan Suasana Sekolah Kondusif bagi Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Jakarta, 2000: hal. 14)
Karakteristik Al Islam yang berbeda dengan pelajaran lain inilah memerlukan pendekatan dan Pendekatan pembelajaran yang efektif, melalui kajian yang terus menerus serta mencoba beberapa Pendekatan pemelajaran modern. Al Islam sulit untuk menerapkan Pendekatan pembelajaran Quantum Learning, seperti belajar shalat dengan mendengarkan musik, membaca (tilawah) Qur’an dengan bermain dan lain-lain. Pembelajaran Al Islam terkesan monoton dan membosankan bahkan jika guru Al Islam sendiri tidak dapat dijadikan idola siswa berkecenderungan untuk mengabaikan pelajaran ini, karena siswa merasa mudah mendapatkan nilai 60 (lulus).
Problem yang dihadapi sehari-hari oleh guru Al Islam adalah bahwa siswa yang pada mulanya berhasil dan bisa mempraktekan materi Al Islam misalnya Shalat Fardlu, tetapi setelah diulang lagi di kelas selanjutnya ternyata kebanyakan dari mereka tidak bisa bahkan ada yang bisa tetapi bacaannya menyimpang tidak sebagaimana standar yang telah diajarkan. Upaya mencari Pendekatan pembelajaran shalat yang tepat dengan karakteristik Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot dengan Pendekatan Pembelajaran Pengulangan pada setiap Tingkatan, yaitu Pendekatan dengan menitik beratkan praktek-praktek dan pengulangan di setiap tingkat/kelas dengan tingkatan materi yang bervariasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa Pendekatan Pembelajaran Pengulangan pada setiap Tingkatan, Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot. 2. Instrumen apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot. 3. Bagaimana Menerapkan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot 2. Menjelaskan Instrumen apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot 3. Menjelaskan Bagaimana Menerapkan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot
D. METODE
a. Pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat populasi seluruh siswa setiap kelas dengan jumlah populasi 168 siswa. Dengan rincian: kelas VII, 64 siswa, kelas VIII, 64 dan kelas IX, 40 siswa. b. Analisis data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode induktif kualitatif, yaitu mulai dari data yang terkecil digeneralisasi menjadi kesimpulan.
E. HIPOTESA Siswa yang sudah praktek Shalat di sekolah sangat sedikit yang menerapkannya di rumah, sehingga pengulangan praktek di tingkat/kelas lebih tinggi hampir 15% yang tidak dapat melaksanakan.
Upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan di SMP berlandaskan Pancasila, UUD tahun 1945 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pancasila peningkatan imtaq merupakan penjabaran dari sila pertema, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam UUD 1945, uapaya ini selaras dengan semangat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, ”Atas berkat rahmat ﷲ Yang Maha Kuasa...”. Pernyataan ini mengandung pesan bahwa berdirinya Republik Indonesia dilandasi semangat Ketuhanan Yanga Maha Kuasa bersama-sama dengan keinginan luhur yang mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan dipertegas lagi dalam mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan dipertegas lagi dalam pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mencapai tujuan Penididikan Nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi hak peserta didik sebagimana Pasal 12 ayat (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; Sebagai gambaran ciri-ciri manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yiatu: 1. Mereka yang apabila disebut nama ﷲ bergetar hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal (Al Anfal (8): 2) 2. Orang yang khusu dalam shalatnya dan menghindari perkataan yang tidak berguna, dan orang-orang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki (Al mu’minun (23): 1-6) 3. Orang yang berkata baik atau kalau tidak bisa lebih baik diam, orang yang memuliakan tetangganya dan memuliakan tamunya (HR. Bukhari) 4. Tidak sempurna iman seseorang apabila ia tidak mencintai saudara-saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhari)(Peningkatan wawasan Keagamaan (Islam) Guru bukan Pendidikan Agama SLTP dan SLTA, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Jakarta, 2000: hal. 1).
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar untuk membimbing, membina dan mengembangkan potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan diatas. Sebagai suatu masyarakat belajar yang mempunyai karakteristik sendiri, sekolah sekolah bukan hanya mengembangkan potensi siswa yang bersifat keilmuan dan perekayasaan belaka, melainkan juga mampu membimbing siswa agar mempunyai perilaku dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan nilai-nilai Islam.
Tugas ini bukan tugas yanng mudah, karena pembentukan watak perilaku siswa memerlukan waktu lama dan tidak mudah untuk menilai keberhasilannya. Kondisi perilaku dan kepribadian siswa dewasa ini memang masih jauh yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang, kepribadian pecah “Split Personality“ dan ketergantungan pada obat- obatan terlarang. Program pembinaan, kepribadian yang dilakukan sekolah melalui Pendidikan Agama Islam (Al Islam), dinilai oleh sebagian orang belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk pribadi siswa yang “Islami“ walaupun penilaian ini dapat diperdebatkan validitasnya karena banyak variabel yang berpengaruh terhadap akhlak siswa, disepakati bahwa pembinaan kepribadian siswa secara integral bersama tenaga edukatif masih belum optimal. Oleh karena itu, program peningkatan pelaksanaan Al Islam (pengalaman keislaman dan keimanan langsung) salah satunya dengan Pengajian rutin dan praktek ibadah siswa di sekolah. Diharapkan dapat menjembatani kerja sama sekolah dengan masyarakat atau pihak lain. Program peningkatan pelaksanaan Al Islam siswa bersama disekolah, dewasa ini lebih banyak ditujukan pada perbaikan faktor Input Pelatihan guru, penyediaan buku ) dan faktor proses. Sedangkan konteks pendidikan yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas pendidikan kurang mendapat perhatian dari pengelola sekolah.
Untuk itu perlu dukungan penciptaan, penataan, dan pengembangan konteks pendidikan yaitu pelaksanaan praktek Al Islam secara rutin dan kontinyu, dengan demikian perbaikan secara simultan terhadap kesegala penjuru faktor diterminan kegiatan pendidikan di sekolah tersebut dapat dioptimalkan untuk meningkatkan pelaksanaan Al Islam secara nyata. Iklim dan suasana kegiatan Al Islam yang “Kondusif“ suatu kondisi lingkungan sekolah yang memberikan suasana Islami nyaman, menyenangkan, dinamis, jujur, terbuka dan keteladanan serta Amal Shaleh. Sehingga berdampak baik terhadap efektifitas dan produktifitas kerja dan belajar.
SMP Muhammadiyah Tanah Grogot sebagai sekolah yang bernafaskan Islam dan menerapkan kurikulum terpadu (UMUM + AL ISLAM) suasana sekolah yang kondusif adalah mutlak. Didukung dengan masjid yang representatif untuk melaksanakan praktek shalat dzuhur secara jamaah, shalat sunah dhuha, dan pengajian Islam yang tersilabi dengan baik, Jika dilihat dari kondisi lingkungan SMP Muhammadiyah Tanah Grogot memiliki masjid Syuhada dan sarana pendukung yang memungkinkan kegiatan ke-Islam-an dipusatkan disana. Yang selama ini sekolah-sekolah lain sulit untu melaksanakannya. Karena materi pelajaran Al Islam bukan semata-mata pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis, tetapi karakteristik materi yang perlu pembiasaan secara terus menerus dan berlangsung tanpa henti. Melihat sarana diatas pelaksanaan praktek Al Islam akan berhasil dengan optimal. Disamping didukung dengan guru Al Islam yang cukup berkompetensi guru-guru lain. Namun peran ini terpusat pada tugas guru Al Islam sebagai penanggung jawab pelajaran ini.
Tugas pokok yang diemban oleh guru Al Islam antara lain: 1. Mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembiasaan siswa dalam menerapkan nilai dan akhlak Islam, seperti mengucapkan salam, berdoa, membantu dan menolong teman yang sedang kesulitan. 2. Memimpin dan membimbing kegiatan pembinaan disiplin beribadah di sekolah, seperti shalat dzuhur berjamaah, shalat jumat, mengumpulkan infaq, dan sadaqah dan membagikannya kepada mereka yang berhak. 3. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dakwah di sekolah dan peningkatan keislaman siswa melalui pengajian Islam, kunjungan ke pusat Dakwah Islam dan kunjungan ke tempat bersejarah penyiaran Islam. 4. Mengadakan lomba-lomba penulisan tentang keilmuan dan keagamaan di lingkungan siswa yang merupakan refleksi masa lalu, masa kini dan masa depan. 5. Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku akhlak siswa dalam kegiatan dan pergaulan sehari-hari di sekolah sesuai dengan akhlak islami. 6. Memimpin dan mengkordinasikan kegiatan siswa lainnya yang dapat menciptakan rasa aman, tertib dan menyenangkan di lingkungan sekolah (Penciptaan Suasana Sekolah Kondusif bagi Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Jakarta, 2000: hal. 14)
Karakteristik Al Islam yang berbeda dengan pelajaran lain inilah memerlukan pendekatan dan Pendekatan pembelajaran yang efektif, melalui kajian yang terus menerus serta mencoba beberapa Pendekatan pemelajaran modern. Al Islam sulit untuk menerapkan Pendekatan pembelajaran Quantum Learning, seperti belajar shalat dengan mendengarkan musik, membaca (tilawah) Qur’an dengan bermain dan lain-lain. Pembelajaran Al Islam terkesan monoton dan membosankan bahkan jika guru Al Islam sendiri tidak dapat dijadikan idola siswa berkecenderungan untuk mengabaikan pelajaran ini, karena siswa merasa mudah mendapatkan nilai 60 (lulus).
Problem yang dihadapi sehari-hari oleh guru Al Islam adalah bahwa siswa yang pada mulanya berhasil dan bisa mempraktekan materi Al Islam misalnya Shalat Fardlu, tetapi setelah diulang lagi di kelas selanjutnya ternyata kebanyakan dari mereka tidak bisa bahkan ada yang bisa tetapi bacaannya menyimpang tidak sebagaimana standar yang telah diajarkan. Upaya mencari Pendekatan pembelajaran shalat yang tepat dengan karakteristik Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot dengan Pendekatan Pembelajaran Pengulangan pada setiap Tingkatan, yaitu Pendekatan dengan menitik beratkan praktek-praktek dan pengulangan di setiap tingkat/kelas dengan tingkatan materi yang bervariasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa Pendekatan Pembelajaran Pengulangan pada setiap Tingkatan, Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot. 2. Instrumen apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot. 3. Bagaimana Menerapkan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot 2. Menjelaskan Instrumen apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot 3. Menjelaskan Bagaimana Menerapkan Pendekatan dan Pendekatan pembelajaran Scanning Repetison Al Islam di SMP Muhammadiyah Tanah Grogot
D. METODE
a. Pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat populasi seluruh siswa setiap kelas dengan jumlah populasi 168 siswa. Dengan rincian: kelas VII, 64 siswa, kelas VIII, 64 dan kelas IX, 40 siswa. b. Analisis data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode induktif kualitatif, yaitu mulai dari data yang terkecil digeneralisasi menjadi kesimpulan.
E. HIPOTESA Siswa yang sudah praktek Shalat di sekolah sangat sedikit yang menerapkannya di rumah, sehingga pengulangan praktek di tingkat/kelas lebih tinggi hampir 15% yang tidak dapat melaksanakan.