MULAI
DARI KELUARGA UNTUK MENANTI GENERASI UNGGUL
Oleh Sukra
Immawan, S.Ag disampaikan
pada khutbah Idul Adha 1434H di Lapangan Babulu Penajam Paser Utara Kalimantan
Timur 15 Oktober 2013
الله‘ اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ 3 ×
الله‘
اَكْبَر‘ كَبِيْراً وَالْحَمْد‘ لِلَّهِ
حَمْدًأ كَثِيْراً كَمَا اَمَرَ,
نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَنْ قَدْ جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ
إِمَامًا لَنَا وَلِسَائِرِ الْبَشَرِ, أَشْهَد‘ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّ الله‘ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُلْكُ الْجَبَّارُ.
وَاَشْهَد‘ اَنَّ محَمَّدًا عَبْد‘ه‘ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ لِلنَّاسِ
لِيُنْقِذَهُمْ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ وَيُنْجِيْهِمْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ.
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
الأَْطْهَارِ وَاَصْحَابِهِ الأَْخْيَارِ. اَمَّا بَعْد‘. فَيَا اَيُّهَاالنَّاس‘
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ.
Hadirin dan hadirat rahimakullah
HARI ini dan selama hari-hari tasyriq, kita kaum Muslimin di seluruh dunia menggemakan
takbir, tahmid dan tahlil serta tasbih, melakukan shalat Idul Adha dan
menyembelih hewan qurban. Kita kumandangkan takbir sebagai suatu pengakuan yang
tulus tentang kebesaran Allah, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Penyayang, Allah
Maha Pemurah, Allah Maha Pengampun.
Ya Allah, dipagi yang mulia ini Engkau saksikan umat yang
biasanya bercerai berai berpadu dengan memuji keagungan-Mu. Pagi ini, umat yang
biasanya melupakan-Mu datang bersimpuh di hadapan-Mu. Pagi ini, umat yang sering
mengabaikan firman-Mu, berusaha untuk kembali kepada-Mu. Pagi ini, umat yang
biasanya suka gontok-gontokan merebutkan kekuasaan pasrah atas kekuasaan-Mu. Ya
Allah, Rabbana, inilah hamba-hamba-Mu yang lemah, dhaif, yang dibelenggu hawa nafsu, yang diperbudak oleh
kesenangan dunia, yang bergelimang dosa berlumpur noda, berpasrah diri pada-Mu.
Terserah pada Engkau, ya Allah, apakah Engkau terima pengakuan dosa dan
kesalahan kami atau Engkau timpakan murka-Mu kepada kami. Ya Gafuur, ya
Rahim. Wahai sang Pengampun lagi penyayang, ampuni dan sayangilah kami.
الله‘ اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Pada pagi ini kita semua berkumpul kembali, duduk bersama-sama
di atas tanah yang dingin, di halaman
Masjid Darul Ihsan ini, di
lapangan terbuka yang dinaungi oleh langit yang membentang tak terhingga
luasnya. Baru saja ditempat ini kita
bersama-sama menggemakan pujaan kebesaran
kepada Allah swt. sehingga
langit di sekitar kita gemuruh
dengan suara takbir, tahmid dan tahlil. Setelah itu kitapun serentak sujud,
meratakan dahi di atas tanah seraya menyampaikan pengakuan keagungan Allah Swt.
Bersama-sama kita, jutaan kaum Muslimin di seluruh dunia semua
melakukan hal yang sama. Saat ini kita – jutaan umat Islam – bergerak,
bertakbir, bertasbih, bertahmid dan bersujud bersama-sama. Seratus enam puluh delapan ribu jamaah Haji Indonesia bersama-sama dengan jamaah haji lain dari seluruh
penjuru dunia, pada saat ini sedang berada di Mina untuk melempar jumrah,
memperagakan kembali “perangnya” Nabi Ibrahim as. melawan Iblis laknatullah,
kejadian tersebut ribuan tahun yang silam
الله‘ اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Kaum Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Kemarin para jamaah haji telah menyempurnakan
ibadah haji mereka dengan melaksanakan wukuf di Arafah. Jutaan kaum Muslimin
berkumpul disana dengan pakaian “seragam Ihram”, yaitu kain kafan, tanpa adanya
perbedaan antara si kaya dan si miskin, antara pejabat atau rakyat jelata,
antara atasan dengan bawahan. Padang Arafah adalah merupakan miniatur Padang
Mahsyar yaitu di mana seluruh perbuatan manusia selama hidup didunia ini
dipertanggungjawabkan di hadapan Rabbul Izzati. Di tempat ini tidak ada yang
dapat dibanggakan oleh seseorang kepada orang lain, sebab semuanya larut dalam
kebersamaan yang total. Si kaya tidak dapat memamerkan kekayaannya, pejabat
tidak dapat menunjukkan kekuasaannya, sebab status sosial sudah tidak berguna
lagi.
Wukuf di Arafah adalah pengalaman batin yang
sangat berharga bagi para jamaah haji. Tidak semua orang sama merasakannya,
sesuai dengan kadar keimanan masing-masing dan sesuai niat yang ditanamkan
sewaktu berangkat dari rumah.
Orang yang dengan penuh keimanan dan
keikhlasan tanpa maksud-maksud tertentu dalam melaksanakan ibadah haji maka
tentu saja ia akan mampu meraih predikat Haji Mabrur. Orang yang telah
mencapai predikat haji mabrur tentu saja tidak memandang orang berdasarkan
pangkatnya, tidak memandang orang karena kedudukannya, tidak memandang orang
karena hartanya. Dia tidak gentar apabila berhadapan dengan penguasa zhalim
sekalipun, dia tidak rendah diri apabila berhadapan dengan orang yang kaya
raya. Sebaliknya, ia tidak akan menganggap remeh seorang hamba hanya karena
kemiskinannya, sebab dimatanya semua manusia adalah sama dan sederajat. Ia
hanya berpegang pada satu keyakinan bahwa orang yang paling mulia adalah orang
yang paling takwa kepada Allah swt.
Orang yang mampu mencapai haji yang mabrur
maka sehabis berhaji pastilah akhlaknya semakin baik, sebab orang yang benar-benar
melaksanakan ibadah haji tentulah ia akan selalu memperhatikan dan melaksanakan
ketentuan Allah dalam berhaji :
فَمَنْ فَرَضَ
فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوْقَ وَلاَ جِدَالَ فِى الْحَجِّ
“Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantah di dalam masa mengerjakan haji” (Al- Baqarah 197)
Apabila seseorang berhaji dan mampu mencapai
haji yang mabrur maka akan terlihat jelas bahwa dia tidak mau melakukan perbuatan
yang rafats (perbuatan, perkataan yang mengarah kepada nafsu
syahwat/seks, porno), berbuat fasik dan suka berkelahi. Maka seorang yang
berhaji tetapi tetap saja berbuat dan berkata yang porno, fasik dan suka
berbantah-bantahan dengan orang lain maka hajinya perlu dipertanyakan, sebab
dia tidak mampu menerapkan nilai-nilai haji dalam kehidupannya sehari-hari
setelah berhaji. Haji yang mabrur adalah orang yang mampu mentransfer
nilai-nilai haji dalam dirinya, mampu
menjadikan nilai-nilai haji itu bagian dari kehidupannya, sehingga wajarlah dia
mendapatkan imbalan :
الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ
لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ
“Haji yang mabrur, tak ada yang pantas
balasan baginya kecuali mendapatkan surga”.
الله‘ اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Kaum Muslimin Rahimakullah.
Bagi kita
yang tidak berkesempatan untuk pergi haji tahun ini maka kita yang memiliki
kemampuan diperintahkan untuk melaksanakan ibadah qurban sebagai tanda syukur
atas segala nikmat rezeki yang kita terima selama ini, begitu kerasnya perintah
berqurban ini sampai-sampai Rasulullah bersabda :
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ
فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا ( احمد و ابن ماجه)
“Barang siapa mempunyai kemampuan
tetapi ia tidak mau melaksanakan ibadah
qurban maka janganlah sekali-kali mendekati tempat shalat kami”
Pelaksanaan ibadah qurban ini tidak terlepas dari sejarah yang
ditorehkan oleh seorang Nabi Ibrahim yang telah diangkat Allah sebagai
Khalilullah karena begitu besar ujian dan cobaan yang mampu dilewatinya. Ujian
yang terberat adalah adanya perintah Allah agar menyembelih putranya Ismail,
seorang anak yang sudah sekian lama ditunggu-tunggu dan diharap-harap hampir
ratusan tahun, kini datang perintah Allah untuk disembelih. Betapa
tergoncangnya jiwa Ibrahim ketika itu sewaktu menerima perintah Allah, sebab tidak pernah terlintas dalam benaknya
perintah Allah sedahsyat itu.
Barangkali kita yang memliki keluarga dan keluarga itu sangat kita
cintai tentu saja dapat merasakan betapa tergoncangnya jiwa Ibrahim waktu itu.
Anak kita yang sedang sakit demam saja betapa gelisahnya kita bahkan terkadang
sampai panik memikirkannya, begitu pula dengan Ibrahim saat itu.
Ismail adalah putra belahan jiwa, sibiran
tulang yang sudah sangat lama sekali diidam-idamkan, belum pupus rasa gembira
bertemu setalah lama berpisah sekian lamanya, tiba-tiba harus berpisah pula
dengan orang yang sangat dicintai itu, dan perpisahan itupun dengan cara yang
tragis sekali, sehingga membuat hati Ibrahim sangat duka yang tiada tara.
Begitu menerima perintah Allah itu, Ibrahim yang terkenal sebagai hamba Allah
yang paling patuh, tokoh pemberontak yang paling terkenal dalam sejarah,
seketika menjadi gemetar dan goyah, seakan-akan mau roboh, tokoh sejarah yang
tak terkalahkan itu seakan-akan sedang mengalami kehancurannya, batinnya sangat tergoncang, namun wahyu
yang turun lewat mimpi itu adalah perintah Allah yang harus dilaksanakan. Batinpun bergolak semakin menjadi-jadi.
Pejuang yang tak pernah gentar menghadapi intimidasi dari musuh itu, menjadi
goncang, lemah tak bertenaga, takut, gelisah, termangu-mangu dan frustrasi, ia
mengalami konfleks di dalam batinnya, siapakah yang lebih dicintainya, Allah
ataukah anaknya Ismail ? Ini adalah putusan yang sangat delematis sekali. Namun
karena Ibrahim adalah seorang pejuang sejati, iapun menang dalam peperangan
batin tersebut dan setia terhadap perjuangannya, maka
Ibrahim memilih
Allah dan bersedia untuk mengurbankan anaknya semata wayang itu hanya demi
memenuhi perintah Allah.
الله‘
اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Kaum Muslimin Rahimakullah.
Dengan suara yang lirih dan dengan penuh
perasaan ragu, perintah tersebut disampaikan juga kepada Ismail :
يَا بُنَيَّ إِنِّ
أَرَى فِى الْمَنَامِ أَنىِّ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Wahai anakda, sesungguhnya aku bermimpi
diperintah Allah untuk menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Dengan
perasaan yang mantap ismailpun menjawab :
يَآأَبَتِ افْعَلْ
ماَتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِى~إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ
“Wahai ayahanda, laksanakanlah apa yang telah diperintahkan, insya
Allah ayahanda akan mendapati anakanda termasuk orang-orang yang sabar” (Ash-
Shafaat : 103)
Mendengar
jawaban putranya seperti itu maka barulah sadar bahwa Ibrahim dahulu pernah
berdo’a agar diberikan seorang anak yang saleh (Ash Shafat :100) dan sekarang
do’a tersebut telah dikabulkan oleh Allah, maka Ibrahimpun memuji dan bersyukur
kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya.
Setelah
kedua siap untuk melaksanakan perintah Allah, Allahpun lalu memuji Ibrahim (
Ash-Shafat 102-105) kemudian Allah berfirman :
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ (
الصفات : 107
)
“Dan
Kami tebus dia dengan hewan kibasy yang besar”.
الله‘
اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Kaum Muslimin Rahimakullah.
Itulah satu drama kehidupan yang sangat luar
biasa dalam sejarah kehidupan manusia yang tidak ada tandingnya, di dalamnya
terungkap : Betapa rendahnya hati seorang ibu dalam berkurban, keikhlasan dari
seorang anak demi kepatuhan kepada orangtuanya, serta tawakkalnya seorang ayah
dalam menjunjung tinggi titah Allah. Semua itu dilakukan tanpa pamrih, tanpa
mengharap balasan apapun, tanpa mengharap jabatan dan panggkat. Ibrahim seorang
ayah yang sepatutnya diteladani oleh setiap ayah saat ini, bagaimanapun
kecintaan kepada keluarga tidak membuat ia berbuat yang dibenci oleh Allah,
tidak menghalalkan cara demi membahagiakan keluarga
Siti hajar, seorang ibu teladan sejati yang
selayaknya menjadi idola oleh para ibu-ibu saat ini. Ia adalah seorang wanita
yang sangat tabah dan sabar, bersedia ditinggalkan suami di padang pasir yang
tandus untuk melaksanakan tugas suci, tidak tergiur dengan berbagai rayuan
apapun, namun kasih sayang dan rasa tanggung jawabnya yang tulus dalam menjaga,
membesarkan dan mendidik anaknya tak pernah diabaikan walaupun dia harus
menanggung berbagai penderitaan, haus dan lapar. Sangat kontras sekali dengan
para ibu sekarang ini yang berlomba-lomba mengejar karir setinggi-tingginya,
demi gengsi terkadang harus meninggalkan kewajiban untuk mendidik anaknya
sehingga tidak jarang setelah anaknya terjerumus pergaulan bebas,
penyalahgunaan narkoba, dia hesteris berteriak kenapa anak saya sampai
melakukan perbuatan yang memalukan itu, setelah anaknya sudah tidak dapat
ditolong lagi barulah dia sadar, apa
boleh buat nasi telah menjadi bubur.
Ismail, seorang tokoh remaja yang pantas
menjadi idola para remaja sekarang. Di usia yang masih belia, ia rela
menyerahkan satu-satunya nyawa yang dimilikinya demi taqwanya kepada Allah dan
kepatuhannya kepada orangtua.
Yang demikian adalah satu pengorbanan yang
luar biasa sekali dan tidak mungkin timbul begitu saja, tentu saja melalui
pembinaan yang begitu matang dan terarah. Pembinaan terhadap
generasi muda adalah merupakan suatu yang harus kita lakukan. Banyak saat ini
generasi muda dijadikan sebagai alat demo untuk menggulingkan seseorang oleh
segelinter masyarakat, organisasi pemuda hanyalah dijadikan alat kepentingan
pribadi, tunggangan politik sehingga sampai kepada posisi yang terhormat.
Padahal sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan masa lalu, para pemuda yang
tampil ke panggung sejarah adalah mereka yang ideal, mereka adalah para
mujtahid yang telah memberikan pengorbanan jiwa dan raganya untuk membebaskan
negeri ini dari cengkraman penjajah.
إِنَّ فِى يَدِ الشُّبَّانِ أَمْرَ
الأُْمَّةِ وَفِى أَقْدَامِهِمْ حَيَاتُهَا
“Sesungguhnya di tangan pemudalah terletak
kejayaan umat dan dalam derap langkah merekalah kelangsungannya”
الله‘
اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد‘.
Kaum Muslimin Rahimakullah.
Saat ini
kita perlu sekali untuk menjadikan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi
Ismail sebagai teladan hidup, untuk itu
perlu adanya usaha untuk mendewasakan diri sendiri. Kedewasan atau kesadaran diri dimulai dari pendidikan yang paling dekat,
yaitu besarnya pengaruh pendidikan keluarga. Betapa pentingnya pendidikan agama
bagi kita semua
Sejenak kami sampaikan kisah Nabi Isa sedang menasihati siswa-siswanya
Suatu hari Nabi Isa menasihati murid-muridnya
untuk bersikap hati-hati terhadap harta warisan yang ditinggalkan oleh orang
tua. Suatu hari, Nabi Isa memulai dengan nasihatnya, malaikat penjaga surga
ketika berjalan mengontrol teman surga
bertemu dengan dua orang yang tengah bercanda-canda. Suasana bertambah ceria
dengan datangnya malaikat yang ikut bergabung. Di tengah suasana surga itu
mereka teringat anak cucunya yang masih hidup di dunia. “Hai, sahabat kami
malaikat yang baik, tolonglah kami dibukakan jendela surga ini barang sejenak
saja karena kami ingin sekali melihat anak cucu kami yang masih tinggal di
bumi. “ begitu pinta mereka. “baiklah,” kata malaikat. “Silakan kalian berdua
berdiri dekat jendela surga untuk kami bukakan sejenak.”
Demikianlah, setelah dua penghuni surga
melihat dunia tidak lebih dari lima menit maka suasana ceria penuh canda tadi
hilang karena salah satu dari mereka tiba-tiba menangis pilu, sementara yang
lainnya tampak berseri. “Hai, kawan.” Ujar malaikat, “Coba ceritakan apa yang
terjadi dengan keluargamu, aku sudah menurun permintaanmu untuk membukakan
pintu surga. Mestinya engkau bergembira setelah keadaan keluarga yang kau
tinggalkan. Namun, nyatanya engkau malah kelihatan amat sedih. Apa yang kau lihat dan apa yang
bisa aku bantu untuk meringankan penderitaanmu?”
Orang itu pun menuturkan kepedihannya.
Katanya, ketika dia menintip ternyata keadaan anak cucunya tengah berebut
warisan yang dia tinggalkan. Tidak hanya berubut, bahkan gara-gara warisan itu,
saudara kandung berubah menjadi musuh. Pada hal, lanjut penghuni surga tadi,
dulu dia berpikir bahwa dengan bekerja keras mengumpulkan harta warisan, dia
berharap anak cucunya sampai tujuh turunan akan hidup makmur, tanpa harus
bekerja keras seperti orang tua mereka. Akan tetapi, ternyata perhitungannya
meleset. Kini, justru warisan itu menjadi pangkal malapetaka.
Sambil mencoba menenangkan penghuni surga
yang masih menunduk pilu, malaikat berpaling kepada yang lain. “ Ha, Kawan? Apa
gerangan yang kau saksikan di dunia sehingga engkau begitu tampak lebih
gembira?” Dengan wajah berseri, teman tadi menjelaskan keadaan anak cucunya
yang masih bahagia. Keluarganya hidup utuh dan harmonis serta dicintai
masyarakat sekelilingnya. Tidak ada yang lebih membahagiakan orang tua, kecuali
melihat anak cucunya hidup rukun dan
tampil menjadi pemimpin masyarakat berkat pendidikan dan keimanan yang
ditanamkan oleh orang tuanya. “Rupanya pilihanku benar. Bahwa warisan terbaik
itu bukan tumpukan harta, tetapi kualitas pendidikan yang baik dan nilai-nilai
keagamaan, “katanya.
Kisah tersebut mengingatkan kita kepada hadis
Nabi Saw
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ
مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila seorang anak Adam meninggal, maka
akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya” HR. Muslim
Coba kita baca Firman Allah
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ
خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ
قَوْلاً سَدِيداً
4:9] Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.
Ayat ini menunjukkan bahwa 1)kita
orang tua harus memperhatikan anak-anak turun kita menjadi orang yang kuat
secara ekonomi. Tidak meninggalkan anak-anak yang lemah lagi peminta-minta. 2)kita
orang tua harus memperhatikan anak-anak turun kita agar menjadi orang yang
bertakwa, dan 3)kita orang tua harus memperhatikan anak-anak turun kita agar
menjadi orang yang berakhlak yang baik.
Pesan ayat ini sesungguhnya agar
generasi kita umat Islam menjadi generasi yang unggul. Untuk menjikan generasi
yang unggul perlu upaya dan usaha keras. Usaha yang dilakukan dengan pendidikan
yang baik.
Generasi unggul dicontohkan oleh Ibrahim dan Hajar
sebagai orang tua dan Ismail sebagai anak.
Orang tua harus mewariskan keturunannya kuat iman taqwanya, ekonominya, pendidikannya,
bukan semata-mata mewariskan harta hingga tujuh turunan. Namun pada akhirnya
harta itu sebagai pemicu api permusuhan dan putusnya persaudaraan.
Kaum
Muslimin Rahimakullah.
Akhir-akhir ini kita kaget laksana disambar petir
ketika ketua MK digelandang KPK. MK sebagai benteng terakhir orang mencari
keadilan di negeri ini runtuh. Negeri ini sedang mengalami buta moral kata Prof. Dr. Din Syamsudin ketua
PP. Muhammadiyah yang perlu upaya serius. Momentum idul adha dapat dijadikan
pelajaran agar kita semua melek huruf MORAL
agar bangsa terbesar umat Islamnya didunia bukan tertulis tinta korupsi
yang meruntuhkan semua sendi kehidupan, sosial, ekonomi, pendidikan dan
lain-lain. Hal ini, karena kita dihinggapi penyakit hubbudunya, serakah. Pada
hal Allah telah berikan kepada kita segalanya.
فَبِأَيِّ
آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
[55:32] Maka ni'mat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Sebelum saya akhiri
khutbah ini marilah keluarga mukmin selalu meningkatkan mutu pendidikan
keluarga mulai dari diri kita sebagai contoh bukan sebatas kata-kata dan
retorika. Perbuatan akan mengalahkan ribuan kata. Pendidikan yang menguatkan iman dan taqwa
sebagai landasan kuatnya keunggulan generasi kita yang akan datang. Generasi
yang tidak buta moral. Generasi yang tangguh betapapun besarnya gelombang dan
ancaman.
الله‘
اَكْبَر‘ الله‘ اَكْبَر‘ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Kaum Muslimin Rahimakullah.
Akhirnya dengan
agama Allah kita dapat hidup dan dengan
keimanan yang kokoh kita akan wafat, dengan bekal yang cukup kita
kembali menghadap ilahi. Mudah-mudahan kita selalu di bawah lindungan Allah
Yang Maha Besar, Maha Kasih, Maha Sayang.
Kemudian marilah kita semua menadahkan kedua tangan kita,
mengkonsentrasikan hati kita untuk berdo’a kepada Allah Yang Maha Pengampun dan
Maha Penyantun.
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْنِ, الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا
نَاعِمِيْنَ, حَمْدًا شَاكِرِيْنَ, حَمْدًا يُوَافِى نِعَامَهُ وَيُكَافِى
مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ لِجَلاَلِ وَجْحِكَ
الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ صُلْطَانِكَ, اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
سّيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَإَصْحَابِهِ إَجْمَعِيْنَ
Ya Allah ya Tuhan
kami, Tuhan yang Maha Kuasa, Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Oenyayang, dengan
curahan kasih sayang-Mu ya Allah kami mampu berhadir di tempat ini untuk
memenuhi penggilan-Mu, menunaikan shalat Idul Adha bersama-sama.
Ya Allah ya Tuhan kami, anugerahilah kami
kekuatan iman, agar kami tidak mudah gamang dalam menghadapi dahsyatnya
gelombang dan cobaan hidup ini.
Ya Allah ya Tuhan kami, bimbinglah perjalanan
hidup kami ke jalan-Mu yang lurus,
tunjukilah kepada kami bahwa yang benar itu tanpak sebagai kebenaran dan
berilah kami kemampuan untuk melaksanakannya, tunjukilah pula kepada kami bahwa
yang salah itu adalah suatu kesalahan dan berilah kami kemampuan untuk
menghindarinya.
Ya Allah ya Tuhan kami, kami semua yang
berkumpul disini adalah hamba-hamba-Mu yang lemah, dlaif, penuh dengan dosa dan
kesalahan, oleh sebab itu ya Allah berilah kami petunjuk-Mu agar kami mampu
bertobat dan selalu memperbaiki diri kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, erat dan kuatkanlah
persatuan dan kesatuan diantara kami, jauhkanlah kami dari benih-benih
perpecahan dan sengketa yang dapat memecah belah dan mengadu domba kami. Hindarkanlah kami
dari rasa iri dan dengki terhadap sesama, jadikanlah kami sebagai umat yang
selalu mengabdi kepad nusa dan bangsa dengan penuh ketulusan.
Ya Allah ya Tuhan kami, sebentar lagi bangsa
kami akan melaksakan Pemilihan Umum, satukanlah hati dan niat kami untuk
memilih pemimpin kami yang taat kepada-Mu. Berilah kami hidayah agar kami tidak
keliru dalam menentukan pilihan kami sehingga bangsa dan negara kami mampu
berada di bawah ridla-Mu, menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Gafuur.
Ya Allah ya Tuhan kami, kami sudah pernah
merasakan betapa pedihnya rasa duka karena kesalahan kami ingin merebut tampuk
kekuasaan, karena ego kami sehingga terjadilah kerusuhan yang menelan banyak
jiwa yang tidak bersalah, oleh sebab itu ya Allah apabila ada orang yang mengulangi hal yang
sama maka biarlah mereka yang Engkau ambil sebagai korbannya, janganlah kami
yang tidak tahu apa-apa ini.
Ya Allah ya
Tuhan kami, kami semua bersimpuh di hadapan-Mu, di Majelis-Mu yang penuh berkah
ini, inilah kami yang penuh berlumuran noda dan bergelimang dosa. Rasanya tidak
pantas kami tengadahkan wajah kami, tangan kami terasa kaku, lidah kami terasa
kelu, kami sadar tidak ada satu planetpun di dunia ini yang mampu menandingi
besarnya dosa kami, tidak ada pasir dipantai yang mampu menandingi betapa
banyaknya kesalahan kami, namun kami tetap penuh harap, memohon belas kasih dan
sayang-Mu. Bila Engkau palingkan muka-Mu yang maha kasih itu, bila Engkau
enggan mengampuni dosa-dosa kami, kepada siapa lagi kami yang lemah ini, yang
penuh noda dan dosa ini mengadukan nasib kami.
Ya Allah ya
Tuhan kami, ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa dan kesalahan kedua
orangtua kami, dosa dan kesalahan orang yang pernah membesarkan kami, dosa dan
kesalahan orang-orang yang pernah mendidik dan membimbing kami, dosa dan
keslahan orang-orang yang kami cintai dan orang-orang yang mencintai kami. Ampunilah pula ya Allah dosa dan
kesalahan para pemimpin kami yang selalu menegakkan mar ma’ruf nahi munkar,
yang selalu menegakkan keadilan dan kebenaran di nusantara yang kami cintai
ini.
Ya Allah ya
Tuhan kami, Engkau Maha pengampun, Engkau Maha Bijaksana, Engkau Maha Kuasa
untuk berbuat apa saja yang Engkau kehendaki,. Oleh sebab itu Ya Allah
kabulkanlah doa dan pinta kami ini. Amin ya Rabbal Alamin.