Jumat, 27 September 2013

Cerpen_penggalan kisah hidup

By ZUKRA_SMPN3PPU | At 18.29 | Label : | 0 Comments


NEON 3 WATT
Matahari menyinari bumi Hamengkubuwono tanpa kasihan. Siapapun merasakan sengatannya. Sedikit diantara kita keluar dari peraduan. Kehidupan harmonis penuh rasa tidak perlu ditalak tiga demi dahaga keliling kota yang dibangun Sutawijaya. Sebuah anugrah, mungkin keberanian dari libido kehangatan situasi penuh makna disetiap sisi kota.
Jumat, 27 September 2013 kami bertiga menembus belantara filsafat dan ilmu pengetahuan di kota ilmu, tujuan semua orang menggegam  cita-cita masa depan, perpustakaan, gudang buku ber-rak-rak lemari dari rak satu kode 97.95 dan seterusnya. Teknologi membantu kita mencari buku, tinggal klik enter tampil di monitor nama pengarang judul buku penerbit dan tahun terbit di rak 3 (kode 300) berkaitan dengan belajar dan mengajar. Saya sebagai calon supervisi tentu rak ini sangat fimilier bahkan hafal posisi buku dari rak paling bawah sampai yang atas.
Tolong, sini, bantu mencari buku Prof. Dr. S. Nasution, panggil Ilham sambil matanya tajam memandangi rak kedua di rak 300 kepada saya. Sambil jongkok kami menyisir satu demi satu buku di rak tersebut. Setumpuk buku keterampilan keguruan segera di angkut ke meja baca. Muhaimin telah lama di meja itu sambil mengutip buku filsafat pendidikan Islam di kertas kecil.
Kami sejenak sunyi senyap konsentrasi merenungi buku yang sedang dihadapannya. Ilham sambil mengetik di laptop ecer memasukan teori pada bahan proposal tesis. Kemudian sesekali minta pendapat saya. Saya menanggapi dan memberikanmasukan bahan proposal itu agar lebih “nunjek”. Diskusi ini seolah-olah pertemuan antara immanuel Kant,  Thomas Aquinas dengan al Farabi yang bangkit berkumpul di padang mahsyar, masing masing berargumen tentang konsepi dunia apakah didekati dengan empiris atau rasional dan dimana Tuhan berada? Proposal tentang kehidupan manusia yang telah dijalani.
Muhaimin seperti Thomas Aquanas hidup kembali  dengan menyatakan bahwa  keabadian hanya terdapat pada Tuhan. Ilham seperti  immanuel Kant hidup kembali dengan lantang konsepsi diri hakekatnya indra dan akal. Lain halnya dengan al Farabi tetap bersikukuh dengan bahasa jiwa pancaran ilahi menyatu.
Bahan proposal tesis menjadi tema besar hari itu, bagaimana membendah konsep dan aplikasi pendidikan multikultural dari paradigma supervisi akademik  agar memberi warna terang dalam sistem pendidikan. Akhirnya, Ilham dapat menyimpuldangan merumuskan tiga masalah dasar pada proposal yang segera akan selesai, satu diantaranya bagamana pengembangan konsep dan aplikasi pendidikan multikultural.
Sebentar, panggilan hp berkali-kali menghentikan kehangatan diskusi. Lalu, jam menunjukkan pukul 10.30 menit. Hari ini melanjutkan perjalanan rohani melaksanakan shalat Jumat banyak pilihan di masjid AR Fakhrudin, masjid kantor gubernur, masjid Gede, pilihan kita shalat jumat di kantor PP Muhammadiyah di Jl. HOS. Cokroaminoto didepan rumah sakit kristen Panti Rapih.
Khatib mengingatkan para jamaah dengan ganasnya virus liberalisme Islam yang digambarkan sampai kepada masyarakat awam melalui pengajian al-Quran  tafsir ra’yu dari potongan ayat dan ayat yang lain, bahwa semua agama, islam, kristen, hindu, budha atau apalah. Kesemuanya Allah akan memasukan ke Syurga. Khatib dengan lantang membacakan Quran Surat Ali Imran ayat 19, sesungguhnya agama yang di terima disisi Allah hanya agama Islam. Lalu dilanjutkan ayat 85 siapa saja yang memilih agama selain Islam Allah tidak akan menerima agamanya dan termasuk orang-orang yang rugi. Khatib meneguhkan argumen kepada jamaah dengan mengutip riwayat perjuangan Bilal bin Rabah mempertahankan Islam meskipun dijemur diterik panas padang pasir tanpa sedikitpun penghalang , Bilal tak tergoyahkan sedikitpun tetap berpegang dengan Islam dengan mengucapakan Allahu ahad, masya Allah, semangat. Babak baru dimulai Bilal dari seorang kaya Abu Bakar yang membelinya dengan harga yang cukup mahal.
Bazar buku, Gramedia, banyak buku ditawarkan di halaman toko Gramedia mulai harga 5000 sampai 200 ribu, libido membaca Muhaimin sampai 120 watt hingga membeli sejumlah buku supervisi. Saya sendiri membeli buku supevisi dan novel, sedang Ilham membeli buku supervisi. Kami melanjutkan ke lantai 3 toko itu, sekitar 2 jam kami membaca buku Komarudin Hidayat yang mengajarkan hidup dengan jenaka bahwa dalam hidup hendaknya tidak melupakan 3 H, hurries, humor dan hostle.  Buku-buku Komarudin Hidayat sarat makna dan membumi selalu menginspirasi pembacanya.
Shalat Ashar berjamaah di masjid al-Muqarrib, imam Muhammad Faisal dari Malawai Kalimantan Barat, hidmat dan khusu’. Faisal selain tawadlu, punya pribadi yang cerdas sesekali di kelas ia menyampaikan gagasan dengan sistematis dan kritis seperti Montesquea yang membelah kekuasaan menjadi 3 legislatif, eksekutif dan yudikatif saat itu kekuasaan absolut. Ia sering menyampaikan gagasan seperti  itu. Dalam keagamaan seperti Imam Malik kadang seperti Abdullah bin Abbas paman Nabi.
Di rumah sudah ditunggu pertandingan bola semi final antara tim Garuda dengan tim Fattahullah. Muhaimin membuatkan es teh untuk penonton. Matahari belum mau masuk peraduan atau tenggelam di awan hitam. Bumi Idham Samawi hampir dua bulan belum dikaruniai Mikail hujan. Suasana di luar rumah panas, kering dan berdebu. Es teh sebagai jawaban cerdas Muhaimin sambil nonton dan teriak goo...ol. tolooool tidak masuk. Penonoton bola itu seperti malaikat yang tahu mau kemana arah bola. Bahkan seperti pemerhati bola dengan kritik-kritiknya tajam menghujam pemain. Pertandingan diakhiri dengan adi jotos, eh ... adu pinalti 7-6 untuk tim garuda. Sorak sore pendukung garuda, tapi di Jakabaring Palembang sepertnya sepi penonoton.
Pejalanan dilanjutkan ke suatu tempat disana terjadi akad nikah saya dengan Wati, bersama Muhaimin dan Ilham. Disana seperti di suatu desa yang indah, karena banyak pengunjung. Meski saya akad nikah tidak satupun tamu yang memberi selamat. Kami selalu bersama sedangkan Wati juga dengan teman mereka. Tempat ini sepertinya tidak asing, kami bermain bersendau gurau, bercanda dan lain-lain.  Suatu ketika saya sedang berdua dengan Wati, tiba-tiba mendengar tadarus surat Mu’awidatain dari masjid di Taman Tirto, saya membuka mata lebar-lebar sambil berdoa alhamdulillahiladzi ahyana ba’damaamatana wailain nusyur, ya Allah segala puji bagi Engkau yang menghidupkan setelah mematikan dan kepada-Mu semua kembali,  duduk, berdiri menghidupkan lampu lalu duduk minum air putih dan menuju ke kamar mandi bersiap untuk shalat Shubuh. (shubuh, Taman Tirto, 29 September 2013)
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Best Patner

Copyright © 2012. ZUKRA SMPN3PPU - All Rights Reserved B-Seo Versi 3 by Blog Bamz